Jakarta, 7 Oktober 2025 — Dunia maya kembali digemparkan dengan kemunculan sosok hacker legendaris Bjorka. Setelah sempat dikabarkan ditangkap oleh pihak kepolisian, Bjorka justru muncul kembali dan membocorkan data pribadi 341 ribu personel Polri sebagai bentuk protes atas penangkapan seorang pemuda yang disebut-sebut sebagai dirinya.
Penangkapan tersebut dilakukan oleh Polda Metro Jaya terhadap seorang pria berinisial WFT (22) asal Minahasa, Sulawesi Utara. WFT diketahui mengaku sebagai pemilik akun X (Twitter) bernama @bjorkanesiaaa dan dituduh melakukan akses ilegal terhadap data nasabah bank serta menggunakan identitas Bjorka untuk kepentingan pribadi.
Namun, tak lama setelah kabar penangkapan itu beredar, akun asli Bjorka dengan nama @bjorkanism kembali aktif di media sosial Instagram. Dalam unggahan terbarunya, Bjorka menegaskan bahwa dirinya masih bebas dan tidak pernah tertangkap.
“You think it’s me? Everyone uses my name, but you don’t realize I’m still free (Kau pikir itu aku? Semua orang menggunakan namaku, tapi kau tak sadar aku masih bebas),” tulis Bjorka dalam unggahannya.
Sebagai bentuk pembuktian atas klaim tersebut, Bjorka kemudian membocorkan data 341 ribu personel Polri melalui situs Netleaks dan forum gelap (dark web). Data yang diungkap disebut mencakup nama lengkap, pangkat, satuan tugas, nomor telepon, dan alamat email dari para anggota kepolisian.
Pakar keamanan siber Teguh Aprianto membenarkan bahwa data yang dibocorkan Bjorka tergolong valid, meskipun sebagian besar berasal dari periode 2016–2017 dan kemungkinan sudah mencakup personel yang kini pensiun.
“Data itu memang benar adanya, hanya saja sebagian besar merupakan data lama,” ujar Teguh dalam keterangannya.
Bjorka juga memberikan pernyataan melalui unggahan di forum gelap yang beredar di kalangan komunitas siber internasional. Ia menegaskan bahwa kebocoran data tersebut merupakan bentuk “kejutan” bagi pihak kepolisian Indonesia yang mengklaim telah menangkap dirinya.
“Since the police in Indonesia allege that they have arrested me, I have decided to disclose this data as a surprise for them (Karena polisi di Indonesia menduga mereka telah menangkap saya, saya memutuskan untuk mengungkapkan data ini sebagai kejutan bagi mereka),” tulis Bjorka.
Kemunculan kembali Bjorka ini memicu beragam reaksi publik, terutama di kalangan pemerhati keamanan siber. Banyak pihak menilai bahwa peristiwa ini menunjukkan masih lemahnya sistem keamanan data di Indonesia, sementara yang lain menyoroti tindakan Bjorka sebagai bentuk perlawanan simbolik terhadap aparat. *