Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Dr. Legisan Samtafsir: Haji, Jalan Lebar Transformasi Menuju Indonesia Emas 2045

HAJI: JALAN LEBAR TRANSFORMASI MENUJU INDONESIA EMAS 2045
Oleh Dr. Legisan Samtafsir M.Ag.
(Founder Gerakan Indonesia Mabrur)

Apa hubungannya Haji dengan transformasi Indonesia, apalagi sampai menuju Indonesia Emas 2045?. Sepertinya mengada-ada. Tetapi, sesungguhnya inilah sebenar-benarnya jalan lebar, yang dapat ditempuh Pemerintahan Prabowo dan masyarakat Indonesia, menuju Indonesia Emas 1945.

Haji adalah perhelatan yang multi sisi dan fungsi. Pada sisi jemaah, Haji adalah ibadah, Rukun Islam kelima. Tapi pada sisi dunia industri, Haji memicu bisnis berskala internasional (penerbangan, hotel, food and beverage, peternakan, perikanan, pertanian, textile, transportasi dan pendidikan, menciptakan lapangan kerja yang tak terbatas). Bahkan, Haji adalah peradaban manusia itu sendiri. Perhelatan Haji sudah lama berlangsung, dan akan terus berlangsung hingga hari kiamat.

Yang lebih istimewa adalah Haji bagi Bangsa dan Pemerintah Indonesia. Kuota jemaah Haji Indonesia mencapai lebih dari 220 ribu, paling besar dibanding semua negara lain. 17 ribu di antaranya adalah ONH plus. Yang sudah mendaftar dan antri, mencapai 6 juta orang. Hitung berapa spending masyarakat Indonesia untuk melaksanakan Haji. Jika rata-rata perorang 100 juta, maka akan berjumlah Rp.22 triliun. Itu belum termasuk spending jemaah umrah yang berlangsung sepanjang tahun dengan kira-kita 2 juta orang (tahun 2024), itu sama dengan  (jika perorang 30 juta/orang), 60 triliun.

Dengan perputaran uang senilai Rp.80 triliun, Haji adalah perhelatan yang sangat spektakuler, maka selayaknya Indonesia harus melihat Haji/Umrah tidak sebatas ibadah untuk melengkapi Rukun Islam, tetapi juga sebagai ekonomi dan industri. Dan karena itulah, Haji harus dipandang bukan hanya sebagai pengeluaran (spending), tetapi terutama sebagai investasi (investment).

*Haji sebagai Peluang Industri Domestik*

Ini jelas dan mudah dipahami, bahwa perhelatan yang memutar nilai Rp. 80 triliun, tentu saja peluang menggerakkan ekonomi dan industri dalam negeri. Tetapi justru, ini pertanyaannya, seberapa sudah kepentingan industri domestik mendapat limpahan dari perputaran Haji.? Berapa kambing kita ekspor untuk keperluan Qurban di Tanah Suci; berapa juta lembar kain Ihram kita ekspor; berapa juta sajadah, berapa ton ikan Dory, berapa ton rendang daging, berapa ton buah-buahan, berapa ton sayuran, berapa orang supir bis, berapa ribu koper dicetak untuk jemaah, berapa limpahan daging qurban kita terima, berapa ribu kamar hotel di hotel-hotel Indonesia, berapa ribu tiket untuk airline Indonesia.

Sebagai entitas yang berdaulat, pemerintah harus menghitung benefitnya untuk ekonomi Indonesia. Dan semua yang menjadi prasyarat untuk keuntungan itu, harus diikhtiarkan sekuat-kuatnya oleh semua pihak, khususnya pemerintah, BUMN dan swasta. Pemerintah harus mampu melakukan bargaining yang tinggi untuk mendapatkan benefit tersebut.

Ikhtiar untuk itu, tentu saja akan menggerakkan perekonomian dalam negeri: lapangan kerja tercipta, pertanian dan peternakan tumbuh, industri tekstil, transportasi dan peningkatan gizi rakyat dari limpahan daging qurban jemaah di tanah suci. Tentu banyak sekali peluang ikutan, dari proyek Haji yang dahsyat itu.

*Haji sebagai Peningkatan Kualitas Human Capital Nasional*

Haji juga harus digunakan sebagai sarana meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Sudah jamak diyakini, bahwa kekuatan spiritual adalah dasar bagi munculnya attitude SDM yang terbaik, yang menopang pencapaian prestasi dan performance di semua bidang pembangunan.

Ritual Haji harus dimaknai dan dielaborasi, untuk melahirkan keyakinan (belief system) yang menjadi jangkar bagi kokohnya prinsip-prinsip kesuksesan dunia profesional. Maka, dengan Haji,  pembentukan belief system, prinsip-prinsip yang menopang attitude professional itu, harus ditekankan untuk meningkat. Dengan begitu, maka Haji menjadi ritual yang sangat strategis bagi peningkatan kualitas SDM Nasional.

Apabila itu berhasil, maka pembangunan modal sosial dan spiritual bangsa, akan berjalan dengan biaya yang murah, karena biaya Haji dibayar sendiri oleh jemaah. Pemerintah hanya tinggal melayani pelaksanaannya dan kemudian mencelupkan jemaah ke dalam pemahaman yang lebih melahirkan transformasi diri. 

Tentu saja, pemahaman di sisi fiqhiyah harus diperkuat, untuk mendapatkan kepastian maqbul sesuai Rukun dan syaratnya. Tetapi, di sisi makna dan outcome yang ke arah dunia profesional, haruslah ditambahkan karena itulah nantinya yang akan mendekatkan jemaah pada pencapaian mabrur pasca Haji; yang sebagai wujudnya adalah jemaah akan melakukan perbaikan-perbaikan nyata dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan bangsa; yang hasil kumulatifnya, pada akhirnya, adalah perbaikan secara Nasional. Itulah Haji sebagai investasi _National Human Capital_.

*Haji sebagai Jalan Lebar Transformasi Bangsa menuju Indonesia Emas 2045*

Pelaksanaan Haji dan Umrah, dengan demikian, dapat dijadikan gerakan bersama masyarakat luas, untuk bertransformasi menuju dunia profesional yang lebih berkualitas dan mantab. Di sisi industri, Haji akan mentrigger pergerakan ekonomi Nasional, di sisi peningkatan kualitas SDM, Haji akan melahirkan manusia Indonesia yang attitudenya menopang keberhasilan pembangunan nasional. 

Itu artinya, Haji adalah transformasi bersama seluruh masyarakat, dari Sabang sampai Merauke. Dan karena Haji dan Umrah itu berlangsung sepanjang tahun, maka gerakan transformasi itu akan terus menyala sepanjang tahun. Maka tinggal bagaimana hal itu bisa benar-benar diwujudkan. Perlu kiranya VISI bersama itu disampaikan dan diikhtiarkan. 

Menteri Agama pemerintahan Prabowo Subianto, yaitu Prof. Dr. Nasaruddin Umar, dalam sambutannya di pembukaan Rakernas Pelaksanaan Haji tahun 2025, Rabu 23 April, menegaskan bahwa pemerintah dengan semua jajarannya, akan melayani jemaah Haji sepenuh hati, tanpa kepentingan popularitas (pencitraan), akan berinovasi, bersinergi, akan ramah terhadap difabel dan lansia. Juga menegaskan bahwa kemabruran Haji ditandai oleh perbaikan Nasional setelah pulang haji nanti. Maka untuk itu inovasi pelaksanaan Haji yang terkait mabrur pasca Haji harus diikhtiarkan, dan ini harus dilakukan secara nasional. 

Hal itu menjadi sinyal bahwa Haji dipandang sebagai kekuatan bagi pembangunan Nasional. Dan memang sejatinya begitu, bahwa ibadah-ibadah dalam Islam, adalah dimaksudkan untuk menopang dan menjadi spirit keberhasilan dunia profesi dan pembangunan nasional. 

Tetapi itu semua memerlukan komitmen semua pihak, tidak boleh hanya omon-omon, yang tiada wujudnya. Seluruh jajaran pemerintah, jemaah Haji dan rakyat, dapat bahu membahu untuk itu. Walhasil, transformasi menuju Indonesia  Emas 2045, tidak lagi menjadi program pemerintah, tapi menjadi gerakan bersama seluruh rakyat. _Wallahu a'lam bisshawwab._
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Mari bergabung bersama WA Grup dan Channel Telegram TriasPolitica.net, Klik : WA Grup & Telegram Channel

Ads Bottom

Copyright © 2023 - TriasPolitica.net | All Right Reserved