Oleh Dr. Legisan Samtafsir (Waketum DPP Partai Masyumi)
Saatnya sekarang Presiden Prabowo Subianto 'bulan madu' dengan Habib Rizieq Shihab dan Gerakan 212 untuk memberantas korupsi. Ini momen bertemunya kekuasaan dengan dukungan rakyat. Dua tokoh besar ini, sudah selalu menegaskan garis perjuangan yang sama, yaitu anti korupsi, anti mafia tanah, anti invasi asing atas sumber daya alam Indonesia, cinta kepada rakyat, cinta kepada NKRI, dan cita-cita besar menuju Indonesia Emas 2045.
Prabowo secara gentle menegaskan komitmennya untuk menggempur habis koruptor. Ia berulang kali menekankan bahwa tidak ada kompromi terhadap mereka yang merampok uang rakyat. Habib Rizieq juga, dengan lantang dan penuh semangat jihad, menyatakan siap mendukung penuh langkah itu, bahkan menggerakkan umat untuk menyeret para koruptor ke jalanan bila hukum tak mampu menjerat mereka. Dua bahasa berbeda, tetapi satu pesan yang sama: korupsi adalah musuh bersama, koruptor adalah pengkhianat bangsa.
Misi Bersama Melawan common enemy
Prabowo dan HRS jelas memiliki kesamaan misi yang tak bisa dipisahkan. (1) keduanya anti korupsi. Prabowo menyatakan akan menggempur habis koruptor, sementara Habib Rizieq menegaskan bahwa koruptor adalah musuh umat dan bangsa. (2), keduanya anti mafia tanah. Prabowo menyoroti praktik mafia tanah yang merampas hak rakyat kecil, sementara Habib Rizieq menegaskan bahwa tanah adalah amanah Allah yang tidak boleh dirampas oleh oligarki. (3) keduanya menolak invasi asing atas sumber daya alam Indonesia. Prabowo menekankan pentingnya kedaulatan energi dan pangan, sementara Habib Rizieq mengingatkan bahwa penjajahan modern hadir dalam bentuk penguasaan asing atas tambang dan perkebunan.
Kesamaan misi ini menunjukkan, Prabowo sebagai Presiden dengan legitimasi konstitusional, Habib Rizieq sebagai tokoh moral dengan legitimasi umat—keduanya sesungguhnya berjalan di jalur yang sama. Jalur yang menempatkan rakyat sebagai pusat perjuangan, jalur yang menolak dominasi oligarki, jalur yang menegaskan kedaulatan dan cinta pada NKRI.
Reuni 212: Pertemuan Dua Garis Perjuangan
Reuni 212 yang digelar di Monas pada 2 Desember 2025 menjadi momentum simbolis. Di sana lautan umat dan mujahid-mujahid berkumpul, membawa semangat solidaritas dan perlawanan terhadap ketidakadilan. Jika Prabowo dan Habib Rizieq benar-benar saling backup, maka yang terjadi bukan hanya bertemuanya dua tokoh, melainkan pertemuan dua garis perjuangan. Pertemuan yang menegaskan bahwa koruptor, mafia tanah, dan oligarki busuk adalah common enemy, musuh bersama yang harus dilawan dengan kekuatan negara sekaligus kekuatan rakyat.
Bayangkan energi politik yang lahir dari pertemuan itu. Prabowo hadir dengan kekuatan negara: instrumen hukum, kebijakan, dan aparat. Habib Rizieq hadir dengan kekuatan moral: jutaan umat yang siap bergerak. Jika keduanya bersatu, maka perjuangan melawan korupsi tidak lagi sekadar janji politik, melainkan gerakan nasional.
Berbulan Madu Politik: Harmoni Negara dan Gerakan
Istilah “berbulan madu” dalam politik berarti harmoni antara kekuasaan negara dan gerakan rakyat. Prabowo membawa legitimasi konstitusional sebagai Presiden, sementara Habib Rizieq membawa legitimasi moral dari jutaan umat yang mendukungnya. Jika keduanya bersatu, maka perjuangan melawan korupsi tidak lagi sekadar janji politik, melainkan gerakan nasional. Negara hadir dengan instrumen hukum dan kebijakan, rakyat hadir dengan energi moral dan tekanan sosial.
Inilah yang disebut berbulan madu politik: ketika kekuasaan negara dan kekuatan rakyat berjalan seiring, saling menguatkan, saling melengkapi. Prabowo tidak bisa sendirian menggempur koruptor tanpa dukungan rakyat. Habib Rizieq tidak bisa sendirian menggerakkan umat tanpa dukungan negara. Keduanya harus bersatu, harus berbulan madu, demi Indonesia yang bersih, thayyibah.
Indonesia Emas 2045: Cita-Cita Bersama
Keduanya menatap horizon yang sama: Indonesia Emas 2045. Sebuah cita-cita besar yang hanya bisa dicapai bila bangsa ini bebas dari korupsi, oligarki busuk, dan mafia yang menggerogoti sendi-sendi negara. Indonesia Emas bukan sekadar slogan, melainkan visi tentang bangsa yang adil, makmur, dan bermartabat.
Prabowo menekankan pentingnya kedaulatan energi, pangan, dan pertahanan. Habib Rizieq menekankan pentingnya keadilan sosial, kesejahteraan rakyat, dan kedaulatan umat. Keduanya, meski dengan bahasa berbeda, sesungguhnya berbicara tentang hal yang sama: Indonesia yang berdaulat, adil, dan makmur untuk semua. Fa'tabiru ya ulil albab.





