Gaza, 27 Oktober 2025 – Pemimpin senior Hamas, Khalil Al-Hayya, menyatakan bahwa pihaknya telah menyetujui pengerahan pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Jalur Gaza. Namun, isu pelucutan senjata Hamas masih menjadi pokok pembahasan dalam negosiasi dengan para mediator internasional.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera, Al-Hayya mengungkapkan bahwa Hamas telah mencapai kesepakatan bersama faksi-faksi Palestina lainnya mengenai kehadiran pasukan PBB untuk mengawasi proses gencatan senjata serta membantu rekonstruksi Gaza yang hancur akibat agresi militer Israel.
Meski demikian, Al-Hayya menegaskan penolakan terhadap usulan pelucutan senjata. Ia menuturkan, Hamas baru akan menyerahkan senjata jika agresi dan pendudukan Israel benar-benar berakhir.
“Kami tidak akan melucuti senjata sebelum agresi berakhir. Persoalan ini masih dibahas dengan para mediator,” ujarnya seperti dilansir dari The New Arab, Senin, (27/10/2025).
Menurut laporan, permintaan Hamas untuk tetap mempertahankan senjata menjadi salah satu poin krusial dalam pembahasan rencana perdamaian 20 poin yang diusulkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Dalam rencana tersebut, Hamas diminta untuk menyerahkan senjata dan melepaskan seluruh sandera Israel sebagai syarat penghentian aksi militer.
“Setelah semua sandera dikembalikan, anggota Hamas yang bersedia hidup berdampingan secara damai dan menonaktifkan senjata akan diberikan amnesti. Sementara yang ingin meninggalkan Gaza akan diberi jalur aman ke negara penerima,” bunyi dokumen rencana tersebut.
Amerika Serikat dan Israel menegaskan akan melanjutkan operasi militer apabila Hamas menolak untuk melucuti persenjataannya. Israel bahkan dilaporkan telah memersenjatai kelompok geng dan milisi anti-Hamas di Gaza, beberapa di antaranya terlibat dalam penjarahan bantuan kemanusiaan.
Terkait tata kelola Gaza, Al-Hayya menyatakan tidak keberatan apabila tokoh-tokoh nasional Palestina di Gaza mengambil alih pemerintahan sementara.
“Kami ingin melangkah menuju pemilihan umum sebagai bagian dari upaya memulihkan persatuan nasional,” katanya.
Al-Hayya juga menyoroti lambatnya penyaluran bantuan kemanusiaan ke wilayah Gaza yang porak-poranda akibat perang. Ia menuduh Israel sengaja menahan sebagian besar bantuan tersebut.
“Gaza membutuhkan 6.000 truk bantuan setiap hari, bukan hanya 600,” tegasnya.
Sementara itu, terkait tawanan Israel yang masih berada di Gaza, Al-Hayya menyebut kelompoknya terus melakukan pencarian di sejumlah wilayah baru.
“Kami tidak akan memberi Israel dalih untuk kembali menduduki wilayah kami,” ujarnya.
Selain memperjuangkan pembebasan sandera Israel, Al-Hayya menekankan bahwa pembebasan tahanan Palestina juga menjadi bagian penting dari perjuangan nasional.
“Isu tawanan adalah perjuangan seluruh bangsa untuk mengakhiri penderitaan yang telah lama dialami rakyat Palestina,” tutupnya.
Sumber : The New Arab | Weblink : https://www.newarab.com/news/hamas-accepts-deployment-un-forces-gaza-chief-al-hayya-says






